Breaking News
Sajian informasi global yang menyajikan berita dari berbagai negara, mulai dari konflik, diplomasi, ekonomi dunia, hingga perkembangan budaya internasional.
Telkomsel Telkomsel Telkomsel Telkomsel

Von der Leyen Sebut Putin Predator, Uni Eropa Siap Perkuat Pertahanan

cek disini

Ursula von der Leyen Sebut Putin Predator, Ini Tiga Alasannya yang Bikin Eropa Waspada

Inews Amuntai- Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, kembali melontarkan pernyataan keras terhadap Rusia. Dalam kunjungannya ke Riga, Latvia, pada Jumat (29/8/2025), ia menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai seorang “predator”. Ungkapan tersebut menjadi bagian dari retorika politik Eropa yang semakin tegas menghadapi ketegangan dengan Moskow.

Von der Leyen menegaskan bahwa Rusia tidak hanya menjadi ancaman bagi Ukraina, tetapi juga bagi stabilitas seluruh kawasan Eropa. Pernyataan itu ia sampaikan saat memulai tur ke beberapa negara yang disebut sebagai “garis depan Uni Eropa,” yakni Finlandia, Estonia, Latvia, Lituania, Polandia, serta Bulgaria dan Rumania. Negara-negara tersebut berbatasan langsung dengan Rusia atau Belarus, sehingga dinilai paling rentan terhadap potensi ancaman.

Von der Leyen Sebut Putin Predator, Uni Eropa Siap Perkuat Pertahanan
Von der Leyen Sebut Putin Predator, Uni Eropa Siap Perkuat Pertahanan

Baca Juga : Tirai Hukum Turun Setelah 3 Tahun Kabur dari Vonis 10 Tahun, Pelaku Akhirnya Diringkus

1. Putin Menargetkan Eropa Lewat Serangan Hibrida

Menurut von der Leyen, Putin bukan hanya berfokus pada medan perang di Ukraina, tetapi juga menargetkan Eropa dengan berbagai bentuk serangan tidak langsung. Ia menuding Rusia menggunakan serangan siber, propaganda, dan bahkan migrasi ilegal sebagai senjata.

“Putin adalah predator. Selama bertahun-tahun, ia menguji pertahanan kita dengan serangan hibrida,” ujarnya. Von der Leyen menekankan bahwa apa yang disebutnya sebagai proksi Rusia telah berupaya melemahkan masyarakat Eropa dari dalam.

Meski ia tidak memberikan rincian detail, tuduhan ini sejalan dengan narasi NATO yang menuding Rusia menggunakan berbagai cara non-militer untuk menciptakan ketidakstabilan di Eropa.

2. Rusia Memaksa Eropa Memperkuat Pertahanan

Von der Leyen juga menyinggung rencana besar Uni Eropa dalam memperkuat sektor pertahanan. Pada Maret lalu, ia memperkenalkan proposal ambisius untuk mengumpulkan sekitar €800 miliar (USD 934 miliar) melalui mekanisme utang dan pajak guna mempersenjatai kembali Eropa.

Dewan Eropa telah menyetujui sebagian dari rencana tersebut dengan skema pinjaman sebesar €150 miliar. Langkah ini dianggap penting karena Eropa dinilai terlalu bergantung pada payung keamanan NATO yang selama ini didominasi Amerika Serikat.

Namun, Moskow menolak tudingan bahwa Rusia berencana menyerang negara-negara Eropa. Kremlin menyebut kebijakan militerisasi Eropa sebagai bentuk “paranoia dan Russophobia”, serta upaya menutupi kegagalan ekonomi di dalam negeri. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, bahkan menuduh Uni Eropa terjerumus dalam apa yang ia sebut sebagai “Reich Keempat”, menyinggung kebangkitan militerisme tanpa kendali.

3. Ukraina Jadi Beban Berat Eropa

Isu Ukraina tetap menjadi sorotan utama dalam hubungan Rusia dan Barat. Von der Leyen menegaskan bahwa Uni Eropa akan terus mendukung Kiev, namun situasi ini juga menjadi dilema bagi Eropa.

Setelah Presiden AS Donald Trump menolak kemungkinan Ukraina masuk NATO, muncul wacana di Eropa tentang pemberian “jaminan keamanan mirip Pasal 5 NATO” kepada Ukraina. Beberapa pemimpin Eropa bahkan mempertimbangkan pengiriman pasukan sebagai penjaga perdamaian atau membentuk zona penyangga di wilayah perbatasan.

Namun, Rusia bersikeras menolak segala bentuk kehadiran militer NATO di Ukraina. Moskow menegaskan bahwa penyelesaian damai harus mencakup syarat utama: demiliterisasi, denazifikasi, status netral, non-nuklir Ukraina, serta pengakuan terhadap realitas teritorial baru yang dikuasai Rusia.

Uni Eropa dalam Persimpangan

Pernyataan von der Leyen di Riga mempertegas arah politik Eropa yang semakin condong pada militerisasi dan peningkatan anggaran pertahanan. Bagi sebagian pihak, langkah ini dianggap perlu untuk menjaga keamanan, sementara yang lain menilai Eropa sedang terseret dalam spiral ketegangan tanpa ujung dengan Rusia.

Dengan menyebut Putin sebagai predator, von der Leyen bukan hanya melontarkan kritik, tetapi juga mengirimkan pesan bahwa Uni Eropa ingin tampil lebih solid dan siap menghadapi skenario terburuk. Pertanyaannya, apakah langkah ini akan memperkuat keamanan, atau justru memperdalam jurang konflik dengan Moskow?

telkomsel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *