Festival Budaya Banua: Lagu dan Puisi Banjar Jadi Nafas Pelestarian Warisan Lokal
Inews Amuntai- Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) kembali menjadi pusat perhatian lewat gelaran Aruh Nagara Dipa Se Banua Enam, sebuah Festival Budaya Banua yang menampilkan kekayaan tradisi dan bahasa daerah. Acara ini bukan sekadar panggung hiburan, tetapi juga ruang penting untuk menjaga eksistensi bahasa Banjar di tengah derasnya arus modernisasi.
Salah satu kegiatan yang paling menarik perhatian adalah lomba menyanyi solo berbahasa Banjar serta lomba cipta dan baca puisi berbahasa Banjar yang digelar di Aula Dr. KH Idham Chalid pada Jumat (19/9/2025).

Baca Juga : MAN 2 HSU Lepas Siswa Menuju AVIMSA 2025, Targetkan Prestasi Nasional
Bahasa Banjar Sebagai Identitas yang Harus Dijaga
Kepala Bidang Kebudayaan HSU, Rahmawati, menegaskan bahwa festival ini lahir dari komitmen pemerintah daerah untuk menghidupkan kembali bahasa Banjar, khususnya di kalangan generasi muda.
“Kami ingin anak-anak Banua tidak hanya bisa berbahasa Banjar di kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadikannya media berekspresi dalam seni, baik lewat lagu maupun puisi. Dengan begitu, bahasa Banjar tidak sekadar dikenang, tetapi benar-benar hidup dan berkembang,” ujarnya.
Menurut Rahmawati, festival budaya ini adalah bentuk nyata kepedulian pemerintah untuk menghidupkan warisan leluhur. Ia menambahkan, bahasa Banjar adalah identitas masyarakat Banua yang tidak boleh hilang, karena di dalamnya terkandung nilai sejarah, filosofi, serta jati diri orang Banjar.
Lomba Menyanyi dan Puisi: Kreativitas Anak Muda Banua
Dalam lomba menyanyi solo, puluhan peserta unjuk kebolehan membawakan lagu-lagu daerah Banjar. Ada yang memilih membawakan lagu klasik yang sarat makna, ada pula yang berani menghadirkan karya-karya baru dengan sentuhan modern. Suasana meriah terasa saat suara merdu para peserta bergema di aula, disambut tepuk tangan riuh penonton.
Tak kalah menarik, lomba cipta dan baca puisi berbahasa Banjar menghadirkan karya-karya yang menyentuh hati. Puisi yang dibacakan para peserta banyak mengangkat tema kehidupan masyarakat Banjar sehari-hari, seperti gotong royong, adat istiadat, hingga kecintaan terhadap alam Sungai Barito dan budaya Banua yang kian tergerus perkembangan zaman.
Melalui puisi itu, tersirat pesan kuat bahwa bahasa Banjar adalah bahasa yang hidup, bahasa yang bisa menyampaikan rasa cinta, rindu, bahkan kritik sosial dengan cara yang indah.
Apresiasi dan Harapan ke Depan
Panitia menyediakan hadiah menarik bagi para pemenang lomba. Lebih dari itu, para pemenang juga akan diberi kesempatan untuk tampil dalam acara puncak penutupan Festival Budaya Banua, sebuah panggung yang lebih besar untuk memperlihatkan karya terbaik mereka.
Dewan juri yang menilai lomba terdiri dari budayawan, seniman lokal, serta akademisi yang berkompeten di bidang sastra dan seni daerah. Hal ini menjadikan penilaian lebih objektif sekaligus memberi masukan berharga kepada para peserta.
Festival Budaya Banua ini diharapkan tidak berhenti pada acara seremonial semata, tetapi bisa menjadi gerakan kolektif masyarakat untuk kembali mencintai bahasa daerah. Sebab, tanpa dukungan dari generasi muda, bahasa Banjar dikhawatirkan akan semakin terpinggirkan.
Menjadikan Bahasa Banjar Bagian dari Kehidupan Modern
Gelaran ini membuktikan bahwa bahasa Banjar bisa hidup berdampingan dengan modernitas. Lagu dan puisi berbahasa Banjar yang ditampilkan peserta bukan hanya nostalgia, melainkan juga bukti bahwa bahasa daerah bisa tampil modern, kreatif, dan membanggakan.
Festival Budaya Banua menjadi pesan kuat bahwa menjaga bahasa daerah bukanlah tugas segelintir orang, melainkan tanggung jawab bersama. Dengan cara ini, warisan leluhur tetap hidup, dan generasi mendatang akan tetap mengenal serta mencintai bahasa Banjar sebagai identitas Banua.